Raja'
Pengertian raja’ secara bahasa, berasal dari bahasa arab,
yaitu “rojaun” yang berarti harapan atau berharap. Raja’ yang dikehendaki oleh
islam adalah mempunyai harapan kepada Allah untuk mendapatkan ampunan-Nya,
memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta yang
terpenting adalah mengharap rahmat serta keridaan Allah.
Raja’ merupakan perbuatan terpuji. Raja’ dapat meningkatkan
keimanan dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Untuk itu, seseorang yang
berharap memperoleh rahmat dan rida Allah serta kebahagiaan di dunia dan di
akhirat, tentunya akan berusaha melakukan perbuatan yang dapat mewujudkan
harapannya tersebut. Namun jika seseorang hanya berharap saja tanpa mau
berusaha, hal ini disebut berangan-angan pada sesuatu yang mustahil atau yang
disebut dengan tamammi, yang
dampaknya nanti menyebabkan seseorang berputus asa, putus harapan terhadap
rahmat dan rida Allah. Hal ini merupakan kebalikan dari sifat raja’. Oleh
karena itu, sifat putus asa ini dilarang oleh Allah SWT…
Firman Allah SWT.:
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
“…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”(QS. Yusuf:87).
Orang yang berputus asa dari rahmat Allah, berarti ia telah
barprasangka buruk kepada Allah.
Kita selaku manusia tidak terlepas dari salah dan dosa,
untuk itu kita wajib senantiasa berharap rahmat dan ampunan Allah SWT. Sebanyak
dan sebesar apapun kesalahan dan dosa yang telah kita lakukan, kita tetap
diperintahkan untuk mengharap ampunan dari Allah SWT.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ…
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…”(QS.Al Mu’min:60).
Kita dilarang untuk berputus asa dalam menghadapi masalah
dalam kehidupan di dunia dan dalam mengharap ampunan dari Allah.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku
yang melampaui batas terhadap terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi maha penyayang.”(QS. Az Zumar:53).
Sikap raja’ atau mengharap rahmat Allah, dalam praktiknya
tentu harus berusaha dengan sungguh-sungguh dengan mengerjakan segala yang
diperintah Allah serta menjauhi larangan-Nya, sesuai dengan apa yang
dicontohkan Rasulullah.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS.Al Azhab:21).
Bagi orang yang berharap ingin bertemu dengan Allah di
surga, hendaknya ia beramal saleh dan tidak mempersekutukan Allah dengan yang
lainnya.
قل انما انا بشر مثلكم يوحي الي انما الهكم اله واحد فمن كان يرجوا لقاء ربه فليعمل عملا صالحا ولايشرك بعبادة ربه احدا
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya
maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.”(QS.Al Kahfi:110).
Seseorang yang mempunuai sifat raja’ tentu akan bersikap
optimis, dinamis, selalu berpikir kritis dan semakin sadar serta mengenal
dirinya sendiri.
Raja' berarti mengharapkan sesuatu
dari Allah swt. Ketika berdo’a maka kita harus penuh harap bahwa do’a kita akan
dikabul oleh Allah Swt.
1.
Peranan raja'
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah mengatakan: "Ketahuilah sesungguhnya penggerak hati menuju
Allah 'azza wa jalla ada tiga: Al-Mahabbah (cinta), Al-Khauf (takut) dan
Ar-Rajaa' (harap). Yang terkuat di antara ketiganya adalah mahabbah. Sebab rasa
cinta itulah yang menjadi tujuan sebenarnya. Hal itu dikarenakan kecintaan
adalah sesuatu yang diharapkan terus ada ketika di dunia maupun di akhirat.
Berbeda dengan takut. Rasa takut itu nanti akan lenyap di akhirat (bagi orang
yang masuk surga).
Allah
ta'ala berfirman :
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
"Ketahuilah, sesungguhnya para
wali Allah itu tidak ada rasa takut dan sedih yang akan menyertai mereka." (QS. Yunus:
62)
Sedangkan
rasa takut yang diharapkan adalah yang bisa menahan dan mencegah supaya (hamba)
tidak melenceng dari jalan kebenaran. Adapun rasa cinta, maka itulah faktor
yang akan menjaga diri seorang hamba untuk tetap berjalan menuju sosok yang
dicintai-Nya. Langkahnya untuk terus maju meniti jalan itu tergantung pada
kuat-lemahnya rasa cinta.
2.
Raja' yang terpuji
Syaikh
Al 'Utsaimin berkata: "Ketahuilah, raja' yang terpuji hanya ada pada diri orang yang beramal taat
kepada Allah dan berharap pahala-Nya atau bertaubat dari kemaksiatannya dan
berharap taubatnya diterima, adapun raja' tanpa disertai amalan adalah raja' yang palsu, angan-angan belaka
dan tercela." (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58).
3.
Raja' adalah ibadah
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ
رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ ۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
"Orang-orang yang diseru oleh
mereka itu justru mencari jalan perantara menuju Rabb mereka siapakah di antara
mereka yang bisa menjadi orang paling dekat kepada-Nya, mereka mengharapkan
rahmat-Nya dan merasa takut dari siksa-Nya." (QS. al-Israa': 57)
Allah
menceritakan kepada kita melalui ayat yang mulia ini bahwa sesembahan yang
dipuja selain Allah oleh kaum musyrikin yaitu para malaikat dan orang-orang
shalih mereka sendiri mencari kedekatan diri kepada Allah dengan melakukan
ketaatan dan ibadah, mereka melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan diiringi
harapan terhadap rahmat-Nya dan mereka menjauhi larangan-larangan-Nya dengan
diiringi rasa takut tertimpa azab-Nya karena setiap orang yang beriman tentu
akan merasa khawatir dan takut tertimpa hukuman-Nya
4.
Raja' yang disertai dengan ketundukan
dan perendahan diri
Syaikh
Al 'Utsaimin rahimahullah berkata: "Raja' yang disertai dengan perendahan
diri dan ketundukan tidak boleh ditujukan kecuali kepada Allah 'azza wa jalla.
Memalingkan raja'
semacam ini kepada selain Allah adalah kesyirikan, bisa jadi syirik ashghar dan
bisa jadi syirik akbar tergantung pada isi hati orang yang berharap
itu..." (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58)
5.
Mengendalikan raja'
Sebagian
ulama berpendapat: "Seyogyanya harapan lebih didominasikan tatkala berbuat
ketaatan dan didominasikan takut ketika muncul keinginan berbuat maksiat."
Karena apabila dia berbuat taat maka itu berarti dia telah melakukan penyebab
tumbuhnya prasangka baik (kepada Allah) maka hendaknya dia mendominasikan harap
yaitu agar amalnya diterima. Dan apabila dia bertekad untuk bermaksiat maka
hendaknya ia mendominasikan rasa takut agar tidak terjerumus dalam perbuatan
maksiat.
Sebagian
yang lain mengatakan: "Hendaknya orang yang sehat memperbesar rasa
takutnya sedangkan orang yang sedang sakit memperbesar rasa harap."
Sebabnya adalah orang yang masih sehat apabila memperbesar rasa takutnya maka
dia akan jauh dari perbuatan maksiat. Dan orang yang sedang sakit apabila
memperbesar sisi harapnya maka dia akan berjumpa dengan Allah dalam kondisi
berbaik sangka kepada-Nya. Adapun pendapat saya sendiri dalam masalah ini
adalah: hal ini berbeda-beda tergantung kondisi yang ada. Apabila seseorang
dikhawatirkan dengan lebih condong kepada takut membuatnya berputus asa dari
rahmat Allah maka hendaknya ia segera memulihkan harapannya dan
menyeimbangkannya dengan rasa harap. Pada hakikatnya manusia itu adalah dokter
bagi dirinya sendiri apabila hatinya masih hidup. Adapun orang yang hatinya
sudah mati dan tidak bisa diobati lagi serta tidak mau memperhatikan kondisi
hatinya sendiri maka yang satu ini bagaimanapun cara yang ditempuh tetap tidak
akan sembuh." (Fatawa Arkanil Islam, hal. 58-59)
B. Dengan demikian seorang muslim
yang memiliki ciri-ciri sikap Raja' adalah:
1) Dalam berusaha seseorang akan
mengawali dengan niat karena Allah.
2) Senantiasa berfikir positif dan
dinamis, memiliki pengharapan yang baik bahwa usahanya akan berhasil,
serta siap menghadapi resiko.
3) munculnya sikap ulet, pantang
menyerah dalam menghadapi cobaan.
4) Selalu bertawakkal kepada Allah.
Selalu berusaha meningkatkan diri untuk lebih baik.
5) Memiliki sifat bersyukur kepada
Allah.
C.
Manfaat dan hikmah raja :
1) Memperoleh keridaan Allah
2) Terhindar dari perbuatan dosa
3) Mendapatkan kepuasan hidup
4) Mendekatkan diri kita pada Allah
S.W.T
5) Sarana penyelesaian persoalan hidup
6) Memperoleh kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat
# Terima Kasih atas kunjungannya
Add FaceBook: Dimas Yudo Prasetyo
Follow Twitter: @DiiwaYPii
Thank You !http://adf.ly/ddU38
Terimakasih ,,sangat membantu sekali😊
BalasHapusTerima kasih, telah membantu saya dalam mengerjakan tugas saya.
BalasHapus